Rahim Pengganti

Bab 82 "Pindah ke Malang"



Bab 82 "Pindah ke Malang"

0Bab 82     

"Pindah Ke Malang"     

"Mas, Bunda, dan Mbak Bunga. Carissa mau pamit, Caca dan Melody akan memulai hidup kami, berdua di kota lain."     

Mendengar ucapan itu membuat ketiganya melotot dengan tajam, Bunda Iren segera protes wanita paruh baya itu tidak memberikan Caca izin, jika dirinya tidak ikut begitu juga Alan. Pria itu bahkan, sedikit menaikan nada suaranya ketika mendengar semua yang dilontarkan oleh Caca.     

"Kalau kamu mau pergi, silakan Mas gak akan larang. Tapi Mas akan antar kamu, Bunda juga akan selalu ikut kemana kamu pergi. Kamu adik Mas, kamu dan Melody adalah tanggung jawab Mas," ucap Alan. Air mata Carissa mengalir, sejak tadi dirinya sudah menahan supaya tidak ada air mata yang keluar namun, tidak bisa. Rasa haru membuat dirinya akhirnya mengeluarkan air mata yang di tahan.     

Bunda Iren segera memeluk Carissa dengan begitu erat, wanita paruh baya itu mengusap punggung Caca dan mengatakan bahwa mereka semua mendukung semua keputusan Carissa.     

"Kamu gak sendirian. Mas akan selalu ada untuk kamu," ucap Alan sembari mengusap kepala Caca dengan penuh kasih sayang.     

***     

Hari ini sesuai dengan ke inginkan Carissa, wanita itu akan pindah ke Malang. Kota yang menurut Carissa terbaik, tempat di mana diri nya akan memulai semua nya bersama dengan Melody dan sang Bunda.     

Carissa memilih untuk mengalah, dan pergi sesuai dengan perjanjian mereka namun, ada hal yang berbeda yaitu Caca pergi bersama dengan Melody. Wanita itu tidak mau memberikan anak nya untuk orang lain.     

"Ayo!!" ajak Alan. Mereka pun, segera masuk ke dalam mobil. Melody yang hobby berbicara sibuk berceloteh anak itu sesekali menanyankan keberadaan sang ayah.     

Bahkan pernah, Melody menangis karena mencari Ayah nya tapi untung lah Alan dan juga Bunga bisa membujuk anak itu sehingga Melody tidak bersikap seperti itu lagi.     

Banyak faktor yang membuat Carissa memilih tinggal dan menetap di Malang salah satu nya karena ingin, membuka sebuah cafe di sana.     

Di lain tempat, Bian bersama dengan Jodi dan Elang pergi mencari Carissa seorang diri. Bian pergi menuju Panti asuhan namun, ternyata tidak ada Carissa dan Bunda Iren, kedua nya pergi karena ada urusan..     

"Bunda gak bilang sama sekali mau ke mana?" tanya Bian.     

"Gak ada Mas. Bunda kemarin di telpon kak Caca, terus langsung pergi. Kata Bunda ada sesuatu hal yang harus di kerjakan. Maka nya panti aku yang urus," ujar gadis berusia 20 tahun tersebut. Mendengar penjelasan itu, Bian mengerti ada dua kemungkinan mengenai semua nya.     

Gadis itu di minta untuk tidak memberi tahu keberadaan mereka atau memang benar apa yang di ucapkan oleh orang tersebut.     

"Kami pamit dulu, tolong kalau ada info beritahu kami," ucap Jodi. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya, mereka bertiga pun segera pergi dari tempat tersebut.     

Ketiga pun, mulai pergi dari tempat itu. Bian hanya bisa menghela napas berat, sungguh alangkah sulit nya dia mencari keberadaan sang istri dan juga anaknya. Rindu sudah menjalar di dalam hati diri nya.     

***     

"Ma … mama di mana!" teriak Siska dari dalam kamar. Wanita itu memasang raut wajah bahagia, sembari membawa ponsel nya untuk mencari keberadaan sang Mama.     

Mama Ratih yang baru keluar dari dapur, langsung menghampiri anak nya. Siska yang melihat sang Mama seketika memeluk erat, Mama Ratih dengan kebahagiaan.     

"Kenapa? Ada apa?" tanya Mama Ratih.     

"Ma … mbak Caca," ucapnya sembari memberikan ponsel ke arah Mama Ratih. Wanita paruh baya itu, masih terdiam di tempat nya tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Siska. Hingga, suara dari seseorang di sana membuat air mata Mama Ratih menetes.     

"Hallo Ma."     

Mama Ratih terdiam, mendengar suara itu membuat tubuh nya bergetar, suara yang sudah sangat lama diri nya ingin dengar. Suara yang sangat dia rindukan.     

"Ca. Ini kamu Nak, ya ampun Mama senang bisa dengar suara kamu lagi. Kamu di mana Sayang? Mama rindu, nak," ujar Mama Ratih dengan linangan air mata yang mengalir. Siska segera mengajak sang Mama untuk duduk di sofa, agar Mamanya bisa lebih nyaman.     

Mereka bertiga berbincang bincang, mengobati rasa rindu yang sudah membara. Bunda Iren meminta Carissa memberikan kabar ke sang mertua, wanita itu tahu bagaimana terpukulnya saat Carissa keluar dari rumah.     

"Mama dan Siska baik baik ya. Kalau dan sesuatu hal yang genting telpon aku ya Ma, dek," ucapnya.     

"Iya Sayang. Kamu juga di sana baik baik yaa. Mama dan Siska pasti akan ke sana," jawab Mama Ratih.     

"Iya Ma. Aku rindu kalian."     

Panggilan telpon tersebut, terputus senyum di bibir Mama Ratih sudah mengembang dengan lebar, akhirnya mereka bisa mendengar suara Carissa.     

"Mama pengen mereka bahagia," ujar Mama Ratih.     

"Siska juga Ma. Hanya saja, biar kan Mbak Caca menenangkan hati nya dan Mas Bian bisa belajar, bahwa semua nya gak bisa hanya diri nya yang mengambil keputusan," jelas Siska.     

Mama Ratih menganggukkan kepalanya, wanita itu mengerti dengan perasaan sang menantu, istri mana yang akan menerima semua hal itu. Memang sejak awal, Bian dan Della harusnya sudah bercerai agar semua hal seperti ini tidak akan terjadi lagi.     

***     

Hari demi hari dilalui oleh Carissa dengan senyuman. Sejak pindah ke Malang, Bunda Iren seperti melihat Caca yang sebenarnya. Wanita itu selalu menghabiskan waktu nya bersama dengan Melody.     

Di rumah yang sederhana ini, hanya tinggal mereka bertiga. Alan dan Bunga sudah meminta Caca untuk tinggal di salah satu rumah mereka. Namun, wanita itu tidak mau, Caca ingin memulai hidupnya di tempat yang bukan hanya nyaman tapi suasana di sekitar juga.     

"Bund, aku ke pasar depan dulu ya sebentar," pamit Caca.     

Bunda Iren yang saat ini sedang menyuapi Melody tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Carissa pun segera pamit, dengan mengendarai motor berwarna putih itu. Alan sudah menawarkan untuk mobil namun, Caca menolak wanita itu tidak mau banyak merepotkan banyak orang.     

Jarak antara pasar dan rumah tidak terlalu jauh, Caca hanya membutuhkan waktu pulang dan pergi sebanyak 25 menit. Banyak barang yang di beli oleh Carissa, rencananya dirinya mau membagikan nasi kuning, kepada para tetangga yang ada di sekitar, sebagai perkenalan warga baru.     

"Kamu belanja semuanya sendiri, Nak?" tanya Bunda Iren kaget ketika melihat semuanya sudah banyak bungkusan plastik.     

"He he," balas Caca.     

Bunda Iren hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah anaknya itu yang luar biasa.     

"Sudah kamu bersih beriah sana. Biar bunda yang tatap ini," ujar Bunda Iren. Carissa akan mengeluarkan penolakan namun, akhirnya gagal.     

"Tidak ada penolakan. Sekarang kami harus mandi, Melody udah tidur di dalam kamar," potong bunda Iren.     

Carissa tersenyum lalu melangkah kan kakinya menuju kamar, hal yang ia lihat ada keadaan sang anak yang tertidur dengan sangat nyenyak.     

"Kita pasti bahagia ya, Nak."     

##     

Hulla. Selamat membaca dan semoga tetap suka. Love you guys, sehat terus buat kalian semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.